Jumat, 20 September 2024

Resto Jadoel yang namanya belum ingin kusebutkan

 Sebelumnya, mari kita ingat kapan kali terakhir menulis blog? 😬


Kemarin, entah bagaimana aku tiba-tiba merasa ingin coba kopi disalah satu kedai di Cimahi. Tiba-tiba menginspirasi untuk kembali sedikit review tentang kedai-kedai lagi.

Hari ini, entah bagaimana pula aku bisa masuk kesalah satu resto kecil (sebutlah resto), di daerah cisangkan-cimahi. Sudah sejak 2-3thn lalu aku penasaran ingin datang ketempat ini, tapi ntah kenapa belum juga kulakukan. Sejujurnya aku penasaran dengan tempat dengan tema 'jadoel' ini, beberapa kali kulihat di media sosial, tampaknya cukup unik, menarik.

Dari pintu masuk tampak seperti gang biasa, gerbang gayu kecil yang menurutku agak "spooky", tema jadoel nya sangaat terasa. Terlihat sekitar 10-12 orang sedang menikmati waktunya masing-masing, beberapa bersenggama bersama teman-teman semejanya.

Saat melihat menu aku cukup tertarik dengan "Kopi Sanger", kopi khas Aceh yang memadukan kopi hitam dengan kental manis, ada beberapa varian dan kupilih Kopi Sanger Kayu Manis. Tidak berselang lama pesanan kopiku datang, hangat, kuseruput kopiku, tidak begitu manis seperti yang pernah kurasakan di Aceh sana, namun aroma kayu manisnya cukup kuat, rasa kopi dan manisnya tidak terlalu terasa. Sejujurnya aku cukup kecewa, tapi berhubung kopi sanger sendiri berarti "Saling Ngerti", jadi, yasudahlah, kucoba untuk mengerti saja, hehe.

Disini banyak sekali varian menu makanan dan minuman, aku coba pesan Oseng Mercon, makanan khas Jogja katanya, aku tidak tau bagaimana oseng mercon versi jogja asli, yang kutau, masakan ini berbahan dasar iga yang dioseng dengan berbagai macam cabai, itulah mengapa disebut 'mercon', pedas meledak seperti mercon. Tampilan awal cukup menggugah selera, merah segar sedikit berminyak, didominasi oleh sambel mercon, didampingi nasi hangat tentunya, juga goreng bakwan hangat. Sebelum menulis ini aku penasaran, kuicip lagi rasa sambalnya, ternyata masih sama, menurut lidahku yang suka gurih, rasanya kurang, pun dengan sajian utamanya "iga", kudapati hanya satu potong iga bercampur tetelan, sisanya semua potongan tetelan. Kuyakin aku sedang kurang beruntung, hehe. Bakwan (bala-bala dalam basa sunda) hangat cukup mengobati, meski agak padat didalam, dan terlalu kering diluar.

Tapi aku bersyukur mesih diberi nikmat tempat yang nyaman, harum aroma kopi, sambal, gorengan, dan tentu saja kayu manis dari gelasku.

Suara-suara samar dari orang-orang yang berbincang, suara memasak dari dapur, suara kendaraan yang lewat dari komplek sebelah, masih bisa terabaikan dengan suara burung dan tonggeret, khas pedesaan sekali.

Jendela-jendela kayu usang yang dimodifikasi menjadi tembok, beberapa ornamen tanaman hijau pamanis, juga lantai batu kerikil dan kayu jalan setapak sangat memanjakan mataku.

Cukup menarik untuk kalian yang ingin nuansa jadoel, meski pilihan menuku kurang cocok denganku, siapa tau menu lain lebih memuaskan. Jika ditanya apa aku akan datang lagi? Yes! Besok-besok mungkin aku akan coba kembali.😉

Tidak ada komentar:

Posting Komentar